ADA CERITA TENTANG
CITA-CITA DI TENGAH PANDEMI CORONA
“Bahkan
jika kabut asap merupakan risiko bagi kehidupan manusia, kita harus ingat bahwa
kehidupan di alam, tanpa teknologi adalah kematian yang besar” Ayn Rand.
Saat ini dunia tengah dilanda virus
corona atau yang lebih dikenal dengan istilah COVID-19. Virus corona ini ditetapkan
sebagai pandemi atau wabah global oleh World Health Organization (WHO).
Penularan yang sangat cepat, rumitnya penanganan, dan belum ditemukannya obat
untuk virus ini menyebabkan banyak pihak mengalami kerugian. Mulai dari memakan
banyak korban, keadaan ekonomi negara yang mulai merosot, hingga bidang
pendidikan pun tak luput terkena imbasnya.
Banyak upaya yang telah dikerahkan
oleh berbagai pihak, salah satunya ialah pemerintah. Pemerintah telah
memberikan alternatif terbaik untuk mengurangi dampak penyebaran virus corona,
salah satunya ialah dengan mengeluarkan kebijakan penerapan pembatasan
interaksi sosial atau yang biasa disebut dengan istilah social distancing. Penerapan pembatasan interaksi sosial di
kalangan masyarakat dapat dikatakan sangat efektif dalam memutus rantai
penyebaran virus corona. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan ini juga
dapat menghambat berbagai atau bahkan semua aktivitas bidang kehidupan. Banyak
bidang kehidupan yang terkena imbas dari penerapan kebijakan social distancing ini, mulai dari bidang
kesehatan, ekonomi, pemerintahan, politik, bahkan sampai bidang pendidikan.
Sebagai salah satu bidang yang
terkena imbas dari penerapan kebijakan pembatasan interaksi sosial dari
pemerintah, bidang pendidikan tentu juga mengalami kesulitan. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan surat edaran bahwa segala bentuk kegiatan
belajar mengajar selama pandemi corona berlangsung, antara peserta didik dan
tenaga pendidik dilakukan dari rumah. Pembelajaran yang awalnya dilakukan
secara tatap muka, mendadak mengalami perubahan signifikan menjadi pembelajaran
yang berbasis daring atau online. Kegiatan
ini dapat dilaksanakan melalui sistem e-learning
atau sejenisnya, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung seperti biasa.
Akan tetapi, untuk menerapkan kebijakan belajar dari rumah tidak dapat
dilaksanakan dengan begitu mudah. Masih banyak lembaga pendidikan yang tidak
siap dalam melaksanakan pembelajaran secara daring. Ketidaksiapan pihak sekolah
ini, dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari penguasaan teknologi yang
masih rendah, keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, jaringan internet, kendala
biaya, dan kedala lainnya.
Ketidaksiapan pihak sekolah dalam
menerapkan pembelajaran daring, salah satunya ialah karena belum memiliki akses
terhadap sistem pembelajaran online atau
yang biasa disebut dengan e-learning.
Padahal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyiapkan banyak portal
untuk melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning.
Akan tetapi, e-learning sendiri
belum begitu membudaya atau menjadi kebiasaan dalam kegiatan pembelajaran di
Indonesia. Oleh karena itu, dengan adanya wabah corona ini diharapkan e-learning dapat menjadi solusi dan budaya
atau kebiasaan baru pada lembaga pendidikan di Indonesia.
Faktor lain yang mempengaruhi sukses
atau tidaknya penerapan kebijakan belajar dari rumah ialah kesiapan dari
peserta didiknya sendiri. Banyak dari peserta didik di Indonesia yang belum
memahami kemajuan teknologi saat ini dan paling parahnya, banyak dari mereka
yang belum atau bahkan dapat dikatakan kurang memahami pentingnya pendidikan. Padahal,
sebenarnya yang dapat mengatasi dan juga mengurangi permasalahan ini ialah diri
mereka sendiri. Dengan adanya kemauan dan kesadaran yang kuat dari peserta
didik, tentu akan mempermudah mereka dalam meraih cita-citanya. Bagaimana
mereka dapat meraih impiannya, jika kesadaran dari diri mereka saja masih
rendah, apalagi saat terjadi pandemi seperti saat ini. Banyak impian dan
cita-cita yang harus mereka raih agar memperoleh kehidupan yang sukses suatu
saat kelak. Tapi, bagaimana mereka dapat meraihnya, jika mereka saja menutup
diri akan kemajuan teknologi dan cenderung tidak mau belajar memahami kemajuan
teknologi saat ini. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari seluruh
masyarakat, bukan hanya peserta didik, namun juga tenaga pendidik dan
kependidikan, orang tua peserta didik, dan pihak-pihak lainnya. Karena untuk
memajukan pendidikan tidak hanya diperlukan peran pemerintah, namun juga
memerlukan aspirasi dan dukungan dari seluruh unsur masyarakat.
Penerapan budaya pembelajaran berbasis e-learning sendiri tidaklah mudah,
apalagi saat pandemi corona seperti saat ini. Diperlukan sebuah proses yang
cukup lama agar pembelajaran e-learning dapat menjadi budaya atau kebiasaan di
Indonesia. Kesiapan akses teknologi, keterampilan tenaga pendidik dan peserta
didik dalam menggunakan teknologi, dan juga kesiapan institusi atau lembaga merupakan
indikator yang sangat mempengaruhi efektivitas kegiatan belajar mengajar dengan
e-learning. Agar penerapan
pembelajaran dengan e-learning dapat
efektif diperlukan pengelolaan yang baik pula. Oleh karena itu, untuk membantu
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh wabah corona khususnya pada bidang
pendidikan, perlu dibuat pengelolaan sistem e-learning
untuk mempermudah proses pembelajaran. Selain pengelolaan sistem e-learning, juga diperlukan kesadaran
dan kemauan dari semua pihak, agar tidak menutup diri dari kemajuan teknologi. Dengan begitu, penerapan kebijakan
belajar dari rumah dapat berjalan dengan optimal, dan pembelajaran berbasis e-learning dapat membudaya atau menjadi
kebiasaan baru di Indonesia.